Menteri Penanaman Modal dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan realisasi investasi mencapai Rp1.207,2 triliun pada 2022.
Bahlil menegaskan, jumlah tersebut melebihi rencana yang ditetapkan Presiden Republik Polandia, Joko Widodo. 1200 triliun
“Target kepresidenan Rp 1.200 triliun, awalnya banyak yang pesimis bisa mencapai target itu atau tidak. Alhamdulillah bisa mencapai Rp 1.207,2 triliun,” kata Bahlil dalam konferensi pers pelaksanaan penanaman modal kuartal IV di Jakarta, Selasa (24/1/2023).
Bahlil menjelaskan investasi sebesar Rp1.207,2 triliun membutuhkan tenaga kerja sebanyak 1.305,1 orang. Sedangkan Pelaksanaan Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai Rp 654,4 triliun, naik 44,2 persen year on year.
“Kita patut bersyukur bahwa di tengah pelemahan ekonomi global, aliran masuk investasi asing langsung (FDI) ke Indonesia meningkat sebesar 44,2 persen. Keyakinan ini harus diakui baik oleh mereka yang tidak menyukai pemerintah maupun mereka yang mencintai pemerintah,” ujarnya.
Dari sisi penanaman modal dalam negeri (PMDN), realisasi investasi mencapai Rp552,8 triliun pada 2022, naik 23,6% dari tahun lalu.
Diakui Bahlil, kenaikan PMDN sebesar 23,6 persen ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah. Hal ini menunjukkan bahwa investasi dalam negeri menarik bagi pengusaha nasional.
“Sepanjang sejarah PMDN biasanya tumbuh tidak lebih dari 13 persen, maksimal 15 persen, tumbuh 23,6 persen. Artinya yang percaya bukan hanya FDI, pengusaha nasional juga percaya dengan apa yang dilakukan pemerintah dan bagaimana perekonomian kita akan sejahtera,” kata Bahlil.
Di sisi lain, Bahlil mengatakan pelaksanaan investasi di luar pulau Jawa sudah melebihi investasi di pulau Jawa. Bahlil mengatakan, hal itu sebagai wujud koherensi pemerintah untuk pengembangan bahasa Indonesia.
Sedangkan realisasi investasi di luar pulau Jawa pada tahun 2022 mencapai 636,3 triliun rupiah, naik 35,9% dari tahun lalu.
Sedangkan realisasi investasi di Pulau Jawa mencapai Rp570,9 triliun, naik 31,9% dari tahun 2021.
“Ini juga menunjukkan bahwa di bawah Presiden Jokowi, rangkaian pembangunan Indonesia sentralistik memang akan terus berlanjut,” kata Bahlil.
“Karena kita tahu bahwa investasi adalah alat untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi baru dan faktor yang meresap dalam penciptaan lapangan kerja. Jadi kita tidak sedang membangun Indonesia yang Jawa-sentris, kita sedang membangun Indonesia-sentris,” lanjutnya.