Bank investasi Morgan Stanley yakin Amerika Serikat (AS) bisa keluar dari resesi tahun depan berkat pasar tenaga kerja yang kuat, sementara Inggris dan Eropa bisa di ambang resesi di 2023.
Sementara China diharapkan membuka kembali setelah hampir tiga tahun penguncian Covid-19 akan mengarah pada pemulihan ekonominya sendiri dan pasar negara berkembang lainnya di Asia, kata analis Morgan Stanley dalam serangkaian laporan yang dirilis pada Minggu (13/11/2022).
“Risiko berada di sisi negatif,” kata laporan itu, yang memperkirakan ekonomi global tumbuh 2,2 persen tahun depan, di bawah perkiraan pertumbuhan terbaru Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar 2,7 persen.
Selama tahun depan, Morgan Stanley memperkirakan ekonomi maju “dalam atau mendekati resesi” sementara ekonomi berkembang sedikit pulih.
Perekonomian China diproyeksikan tumbuh sebesar 5 persen hingga tahun 2023, mengalahkan perkiraan pertumbuhan rata-rata sebesar 3,7 persen untuk ekonomi pasar berkembang, sementara pertumbuhan hanya 0,3 persen diproyeksikan di ekonomi maju dari Kelompok Sepuluh.
Bank-bank sentral di seluruh dunia telah menaikkan suku bunga tahun ini untuk meredam kenaikan inflasi, dan di Amerika Serikat, Morgan Stanley mengharapkan Federal Reserve (Fed) untuk mempertahankan suku bunga tinggi pada tahun 2023 karena inflasi melambat, memuncak pada kuartal keempat. tahun.
“Ekonomi AS baru saja keluar dari resesi pada 2023, tetapi pendaratannya tidak terlalu lunak karena pertumbuhan lapangan kerja melambat secara signifikan dan tingkat pengangguran terus meningkat,” kata laporan itu.
Efek kumulatif dari kebijakan moneter ketat pada 2023 akan berlanjut hingga 2024, “menghasilkan dua tahun yang sangat lemah,” kata laporan itu.
Secara global, inflasi akan mencapai puncaknya pada kuartal keempat tahun ini, “dan disinflasi akan menjadi faktor penentu tahun depan,” kata para analis.
Berikut adalah prediksi dalam laporan yang diterbitkan oleh Morgan Stanley:
1. Inflasi inti AS akan turun menjadi 2,9 persen pada akhir tahun 2023, inflasi utama menjadi 1,9 persen.
2. Pertumbuhan di Asia melambat menjadi 3,4 persen pada paruh pertama 2023 sebelum rebound menjadi 4,6 persen pada paruh kedua 2023, didorong oleh permintaan domestik.
3. Pengembalian semua aset, terutama instrumen pendapatan tetap, akan terlihat jauh lebih baik di tahun 2023 dibandingkan tahun 2022 karena penilaian awal yang lebih rendah.
4. Pendapatan tetap tinggi mengungguli ekuitas global
5. Pasar Berkembang dan saham Jepang mengungguli sementara saham AS berkinerja buruk.