Pasar saham pekan ini semakin bergejolak ditandai dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar -0,41% dan LQ45 yang turun 0,77%.
Dosen dan pakar pasar modal Lanjar Nafi mengatakan, hal itu antara lain disebabkan oleh depresiasi rupiah terhadap dolar AS sebesar 0,1 persen.
“Perbedaan sentimen pasar eksternal dan internal yang muncul sepanjang pekan membuat IHSG dan nilai tukar cenderung berfluktuasi,” ujarnya dalam risetnya, Minggu (27/11/2022).
Lanjar mengatakan mood minggu ini dimulai dengan kekhawatiran dari investor global, yang cenderung mewaspadai hasil risalah pertemuan Federal Reserve atau Fed karena spekulasi kenaikan suku bunga yang agresif terus berlanjut.
“Tapi kabar baiknya adalah risalah pertemuan The Fed menunjukkan perlambatan laju kenaikan suku bunga,” katanya.
Sementara di dalam negeri, ada pandangan bahwa pada tahun 2023 upah minimum (UMP) di provinsi harus dinaikkan 10 persen sebagai upaya meredam perbedaan pendapat antara pekerja dan pengusaha atas UU Cipta Kerja.
Di sisi lain, hasil dari peningkatan penawaran lelang Surat Utang Negara (SUN) merupakan upaya untuk menstabilkan imbal hasil obligasi dan nilai tukar.
Lanjar menambahkan, anggaran pendapatan dan belanja pemerintah yang pertama kali defisit pada tahun ini mencapai Rp169,5 triliun pada Oktober 2022.
“Pendapat lain yang mempengaruhi pergerakan pasar saham adalah defisit anggaran pemerintah Indonesia yang pertama di tahun 2022,” pungkasnya.