Yen Jepang Jatuh Setelah Bank Sentral Mempertahankan Kebijakan Ultra-lunak

Yen Jepang melemah terhadap mata uang lainnya pada hari ini, Rabu (18 Januari 2023), setelah Bank of Japan (BoJ) memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneter ultra-longgar.

Keputusan ini bertentangan dengan ekspektasi pasar bahwa kenaikan inflasi dapat menghalangi Bank of Japan dari suku bunga rendah.

Menurut CNN, yen jatuh terhadap dolar AS tak lama setelah pengumuman kebijakan moneter Bank of Japan.

Yen diperdagangkan pada 131,34 per dolar AS, turun 2,5 persen. Pada Jumat (13/01/2023), yen mencapai level tertinggi tujuh bulan di 127,46 melawan dolar AS.

Pada pertemuan kebijakan moneter dua hari, BOJ mempertahankan target kontrol kurva imbal hasil (YCC) dengan menetapkan suku bunga jangka pendek di -0,1 persen dan sekitar 0 persen untuk imbal hasil 10 tahun.

Kebijakan YCC menjadi tulang punggung upaya bank sentral untuk menjaga suku bunga tetap rendah dan menggairahkan ekonomi Jepang.

“Ekonomi Jepang, terlepas dari pengaruh faktor-faktor seperti harga komoditas yang tinggi, membaik karena aktivitas ekonomi dilanjutkan sementara kesehatan masyarakat terlindungi dari Covid-19,” kata Bank of Japan dalam laporan prospek triwulanan.

YCC adalah kebijakan Bank of Japan yang mempertahankan imbal hasil obligasi 10 tahun sekitar 0,5 persen. Jika imbal hasil menyimpang dari 0,5 persen, Bank of Japan akan membeli obligasi.

Bulan lalu, Bank of Japan mengejutkan pasar global dengan menaikkan batas imbal hasil obligasi 10 tahun menjadi 0,5% dari 0,25%, menggandakan kisaran yang diizinkan di atas atau di bawah target nol.

Sejak saat itu, ada desas-desus bahwa Bank of Japan mungkin akan mengubah atau bahkan membatalkan kebijakan YCC lebih lanjut.

Keputusan hawkish yang mengejutkan membuat saham turun sementara yen dan imbal hasil obligasi melonjak.