Anak Perusahaan Pertamina Itu Akan Go Public Di Bursa Efek Indonesia Dengan Kepemilikan 25 Persen Saham.

PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), anak usaha PT Pertamina (Persero), akan melakukan penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sebagai bagian dari acara korporasi ini, PGE akan menawarkan kepada publik, setelah IPO, tidak lebih dari 10,35 miliar saham, atau 25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.

Adapun, harga IPO perseroan berada di kisaran Rp 820 hingga Rp 945 per saham, dengan masa penawaran perdana yang diperpanjang mulai kemarin hingga 9 Februari 2023.

Dengan harga tersebut, PGE akan menghimpun dana Rp baru hingga Rp 9,78 triliun.

Dana baru hasil IPO akan digunakan perseroan untuk investasi (biaya modal) dan pelunasan sebagian pinjaman.

Selama IPO, PGE menunjuk PT Mandiri Sekuritas, PT CLSA Sekuritas Indonesia dan PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia sebagai penjamin emisi untuk penerbitan tersebut. PGE juga telah menunjuk CLSA, Credit Suisse dan HSBC sebagai agen penjualan internasional.

Ahmad Uniarto, CEO Pertamina Geothermal Energy, mengatakan: Pertamina Geothermal merupakan salah satu perusahaan energi panas bumi terbesar di Indonesia dan dunia dalam hal kapasitas terpasang.

Perseroan saat ini mengoperasikan 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang tersebar di 6 site dengan kapasitas terpasang 672 MW yang beroperasi secara mandiri dan hingga 1.205 MW dioperasikan berdasarkan Kontrak Operasi Bersama.

“PGE memiliki rekam jejak yang solid dan terbukti dalam pengembangan panas bumi dan pembangkit listrik,” kata Ahmad dikutip Kompas.com, Kamis (2/2/2023).

Kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE sekitar 82 persen dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia, dengan potensi penghindaran emisi CO2 sekitar 9,7 juta ton CO2 per tahun.

Perseroan berniat meningkatkan kapasitas terpasangnya dari saat ini 672 MW menjadi 1.272 MW pada 2027. (Rulli R. Ramley/Kompas.com)