Perekonomian Indonesia Tumbuh Positif Di 2023, Bos OJK Ungkap Angkanya

Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, mengatakan perekonomian Indonesia dan pemulihan pascapandemi tetap kuat dan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 harus menjadi salah satu yang tertinggi di dunia. .

Ia memperkirakan, seperti yang kita ketahui, perekonomian Indonesia akan berjalan dengan baik pada tahun 2022, dan tampaknya pemulihan ekonomi akibat pandemi masih cukup kuat.

“Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 akan mencapai 5,3 persen, yang saya yakini sebagai salah satu angka tertinggi di kawasan, jika tidak di dunia,” kata Mahendra Siregar saat menjadi keynote speaker pada KTT Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia. sinergi di tahun 2023. Acara tersebut diselenggarakan oleh Warta Ekonomi untuk pemangku kepentingan jasa keuangan pada Kamis (23 Februari 2023) di Jakarta.

Mahendra menjelaskan beberapa indikator di awal tahun 2023 menegaskan pertumbuhan dan memberikan kepercayaan terhadap perekonomian Indonesia.

“Pertumbuhan ini juga memberikan kami keyakinan bahwa kami dapat mempertahankan momentum yang baik di tahun 2023,” katanya.

Selain itu, dia mengatakan awal tahun ini bahwa dia memberikan beberapa konfirmasi atas pertumbuhan ini, seperti surplus perdagangan, PMI di zona ekspansi, dan kepercayaan konsumen tetap positif.

Mahendra kemudian menjelaskan OJK bekerja, bersinergi, dan berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, dan Lembaga Penjamin Simpanan untuk menjaga ketahanan dan stabilitas sektor sistem keuangan.

“Kami di OJK bekerja sama, berkoordinasi dan bekerja sama dengan pemerintah khususnya Kementerian Keuangan, Bank Indonesia dan LPS untuk senantiasa memantau, memonitor dan menindak ketahanan dan stabilitas sektor dan sistem keuangan yang ada di Indonesia. untuk menjaga ketahanan dan stabilitas industri.

“Bisa dikatakan prakiraan dan prospek perekonomian 2023 tetap mencerminkan pertumbuhan yang sehat sebagai kondisi yang akan terus memperkuat pemulihan pasca pandemi,” imbuhnya.

Mahendra memaparkan beberapa indikator yang akan dijadikan prakiraan tahun 2023, seperti pertumbuhan kredit perbankan, pesatnya akumulasi nilai emisi di pasar modal, kenaikan klaim perusahaan keuangan, kesehatan jiwa dan asuransi umum, dan kekayaan dana pensiun.

“Pinjaman perbankan diharapkan tumbuh 10-12%, ditopang oleh pertumbuhan DPC sebesar 7-9%,” ujarnya.

Sementara itu, dalam satu setengah bulan pertama tahun ini di pasar modal, tampaknya target 200 triliun rupiah akan tercapai.

“Kebutuhan untuk perusahaan keuangan diperkirakan akan meningkat 13% hingga 15%, terutama jika dikombinasikan dengan peningkatan mobilitas manusia seiring penurunan status pandemi menjadi endemik,” katanya.

Kemudian aset asuransi jiwa dan asuransi umum diperkirakan tumbuh 5-7%.

“Tentu saja hal ini dapat dicapai dengan program reformasi industri asuransi yang kuat, dan aset dana pensiun diharapkan tumbuh dengan kecepatan yang sama, sekitar 5-7%,” ujar Mahendra Siregar.

CEO dan Pemimpin Redaksi Warta Ekonomi Muhamad Ihsan membuka acara tersebut dan mengatakan berdasarkan berbagai indeks antara lain Indeks Keyakinan Konsumen, Indeks Keyakinan Publik, PMI dan lainnya, dia melihat tahun 2023 sudah pasti akan datang.

“Namun dalam menghadapi dunia yang bergejolak, kita tetap perlu berhati-hati karena ada beberapa hal yang tidak terkendali, seperti inflasi yang tinggi, suku bunga yang tinggi, kondisi perang antara Ukraina dan Rusia, yang dapat berdampak serius pada perekonomian kita,” ujarnya.