Bos BTPN: Kehilangan Nasabah Adalah Risiko Saat Anda Menaikkan Suku Bunga Kredit

Bank Indonesia (BI) beberapa kali menaikkan suku bunga acuan menjadi 5,75%.

Presiden dan CEO PT Bank BTPN Tbk (BTPN) Enoch Munandar mengatakan bank juga melakukan pengiriman uang, meski tentunya masing-masing bank memiliki persentase kenaikan tarif berbeda yang diteruskan ke nasabahnya.

“Karena bank juga perlu memperhatikan faktor seperti kehilangan nasabah ya. Ketika nasabah merasa terlalu mahal, nasabahnya memiliki likuiditas untuk menarik, sehingga pangsa pasar bank bisa berkurang,” ujarnya dalam media briefing di Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu (25/1/2023).

Dia hanya lebih memperhatikan dampak kenaikan tarif ini terhadap kelayakan kredit pelanggan.

“Karena solvabilitas pelanggan pasti akan dirugikan ya, tapi semoga efeknya tidak terlalu besar. Beban itu masih bisa ditanggung pembeli,” kata Henokh.

Selain itu, peralihan ke kenaikan suku bunga pinjaman juga bergantung pada komposisi dana masing-masing bank.

Jika dana bank didominasi oleh rekening giro atau tabungan, juga dikenal sebagai CASA, transfer dana mungkin lebih lambat.

“Tapi kalau bank terlalu bergantung pada deposito, transfer uang bisa lebih cepat. Mungkin ini standarnya,” tutup Henokh.

Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga menjadi 5,75 persen

Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%.

Gubernur Bank Indonesia Perry Vargio mengatakan keputusan itu berdasarkan hasil rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 18-19 Maret lalu. Januari 2023.

Dewan Gubernur Indonesia pada rapat 18-19 Januari 2023 memutuskan untuk menaikkan BI 7-day reverse repo rate sebanyak 50 kali pada 25 basis poin menjadi 5,75%, kata Perry dalam konferensi pers Bank Indonesia di Jakarta pada Kamis (1/1). 19/2022).

Ia melanjutkan, bunga deposito lending juga naik 25 basis poin menjadi 5 persen. Tingkat batas kredit naik 25 basis poin menjadi 6,5%.

Perry melanjutkan, keputusan Bank Indonesia menaikkan suku bunga merupakan langkah awal, preemptive, dan proaktif untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti kembali ke target 3% plus minus 1% pada semester pertama 2023. .

“Kenaikan suku bunga yang lebih terukur adalah langkah selanjutnya untuk menurunkan ekspektasi inflasi lebih lanjut,” kata Perry.

“BI meyakini kenaikan 225 basis poin dari Agustus 2022 menjadi 5,75 akan memberikan inflasi inti pada kisaran 3 plus minus 1 persen pada paruh pertama 2023. Dan inflasi indeks akan kembali ke target 3 plus minus 1 persen pada semester II 2023,” ujarnya.