Rencana Akuisisi Saham Inco, Harga Nikel Naik, Permintaan Terus Naik

Niat pemerintah untuk mengakuisisi saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mendapat dukungan dari BUMN-nya.

Industri Pertambangan Holding Industri Pertambangan Indonesia (MIND ID) menyatakan siap mendukung rencana tersebut.

Kementerian BUMN menyatakan menargetkan 11 persen saham penjualan PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

Corporate Secretary MIND ID Heri Yusuf mengatakan pihaknya siap mendukung rencana BUMN Kementerian tersebut.

“MID ID akan berkoordinasi erat dengan Kementerian BUMN, Kementerian ESDM dan kementerian lainnya untuk pembinaan lebih lanjut,” kata Heri kepada Kontan, Rabu (4/1).

Hyeri menambahkan, pihaknya masih menunggu Vale menyelesaikan proses formal penawaran saham sesuai ketentuan yang berlaku.

Sebelumnya, Menteri BUMN Eric Tohir mengumumkan keikutsertaan BUMN dalam proses penjualan tersebut.

“Vale Indonesia juga memiliki prospek yang menarik. Untuk membangun ekosistem ini, BUMN tidak bisa bertindak sendiri. BUMN bisa bekerja sama dengan asing atau swasta,” kata Eric dalam konferensi pers di gedung Kementerian BUMN, Senin (1/2/2023).

Ia juga mengatakan penjualan saham di Vale Indonesia merupakan agenda penting. Hal ini mengingat posisi Indonesia sebagai salah satu produsen nikel terbesar dunia. Permintaan akan produk ini diperkirakan akan meningkat di masa mendatang.

“Tinggal proses bisnis (pelepasan saham Vale Indonesia) yang harus dilakukan secara transparan dan terbuka,” imbuhnya.

Dalam pemberitaan sebelumnya, Vale Indonesia menegaskan siap melanjutkan penjualan 11% sahamnya sebagai kelanjutan dari kewajiban perpanjangan kontrak kerja (KK) izin usaha pertambangan khusus (IUPK).

Izin Kerja Vale Indonesia berakhir pada 27 Desember 2025. Sebagai bagian dari perpanjangan izin, untuk menjadi IUPK, Vale Indonesia harus menjual 51% sahamnya.

Terungkap, holding industri pertambangan Indonesia atau yang dikenal dengan MIND ID ini sebelumnya telah mengakuisisi 20% saham Vale Indonesia. Nilai akuisisi yang diselesaikan pada Juni 2020 mencapai $290 juta.

Penting untuk Downline

Akuisisi 11% saham INCO dinilai signifikan bagi sektor pemurnian nikel nasional.

Toto Pranoto, kolumnis BUMN Universitas Indonesia, menjelaskan saham Vale penting bagi prospek bisnis nikel dan turunannya ke depan.

“Semakin besar porsi BUMN dalam peleburan nikel, serta produksi baterai listrik, maka kebutuhan akan jaminan pasokan nikel semakin mendesak,” kata Toto kepada Kontan.co.id, Kamis (5/ 1).

Toto melanjutkan, MIND ID bisa menggunakan beberapa alternatif pembiayaan untuk mengakuisisi 11% saham Vale yang dijual.

Salah satu sumber permodalan adalah kenaikan harga komoditas selama dua tahun terakhir. Pilihan lain adalah menerbitkan hak oleh anak perusahaan.

“Jika kepemilikan saham Vale bisa ditingkatkan, saya yakin kinerja MIND ID akan lebih tinggi lagi ke depannya,” kata Toto.

Sementara itu, Komisioner VII DPR RI Mulyanto mengingatkan penilaian terhadap 11% saham yang diakuisisi dilakukan dengan benar.

“Seharusnya tidak ada premium harga saham agar tidak menyedot uang negara,” kata Muglianto kepada Kontan, Kamis (1/5/2023).

Mulyanto mengingatkan, sumber pendanaan juga perlu diperhatikan secara matang.

saling menguntungkan

Kementerian BUMN mendukung proses penjualan 11% saham perusahaan nikel INCO.

Menteri BUMN Eric Tohir mengumumkan Kementerian BUMN mengikuti rapat terbatas (ratas) yang dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo dan beberapa kementerian terkait seperti Menko Kemaritiman dan Investasi, Menteri ESDM, dan dipimpin oleh Menteri BUMN Eric Tohir. Menteri Keuangan dan Menteri Koordinator Perekonomian. Para pihak sepakat BUMN akan berperan dalam penjualan Vale Indonesia.

Hal ini dilihat sebagai win-win solution, begitu pula peran BUMN Mind ID yang juga terlibat dalam penjualan saham PT Freeport Indonesia (PTFI) pada 2018 lalu.

Saat itu, penjualan tersebut memungkinkan PTFI menjadi bagian dari ekosistem pertambangan nasional dengan membangun smelter tembaga.

Bahkan, BUMN juga berperan dalam pengembangan teknologi 5G di tambang PTFI di Grasberg.

“Vale Indonesia juga memiliki prospek yang menarik. Untuk membangun ekosistem ini, BUMN tidak bisa bertindak sendiri. BUMN bisa bekerja sama dengan asing atau swasta,” kata Eric dalam konferensi pers di gedung Kementerian BUMN, Senin (1/2/2023).

Ia juga mengatakan penjualan saham di Vale Indonesia merupakan agenda penting. Hal ini mengingat posisi Indonesia sebagai salah satu produsen nikel terbesar dunia.

Permintaan akan produk ini diperkirakan akan meningkat di masa mendatang.

“Tinggal proses bisnis (pelepasan saham Vale Indonesia) yang harus dilakukan secara transparan dan terbuka,” imbuhnya.

Dalam pemberitaan sebelumnya, Vale Indonesia menegaskan siap melanjutkan penjualan 11% sahamnya sebagai kelanjutan dari kewajiban perpanjangan kontrak kerja (KK) izin usaha pertambangan khusus (IUPK).

Izin Kerja Vale Indonesia berakhir pada 27 Desember 2025. Sebagai bagian dari perpanjangan izin, untuk menjadi IUPK, Vale Indonesia harus menjual 51% sahamnya.

Sebelumnya, holding pertambangan Indonesia, juga dikenal sebagai MIND ID, mengakuisisi 20% saham di Vale Indonesia. Nilai akuisisi yang diselesaikan pada Juni 2020 mencapai $290 juta.

Bernardus Irmanto, CFO Vale Indonesia, pernah melaporkan bahwa dari total komitmen 51% saham yang akan dijual, 40% benar-benar terjual, dimana 20% berasal dari MIND ID dan 20% saham. mengalir di pasar saham. Dengan demikian, 11% dari sisa saham Vale Indonesia siap dijual.

harga nikel naik

Pembukaan kembali ekonomi China dipandang sebagai angin segar bagi industri nikel. Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan mengatakan pemulihan ekonomi China menjadi katalis positif bagi sektor nikel. Baru-baru ini, hal ini menyebabkan kenaikan harga nikel.

“Karena China adalah konsumen nikel terbesar di dunia, dan belakangan ini menyebabkan kenaikan harga nikel. Target nikel tahun ini di kisaran $33.000 hingga $35.000 per ton,” kata Felix kepada Kontan.co.id, Rabu (4/1).

Huang Harahap, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, meyakini permintaan nikel China akan meningkat tahun ini hingga 2023.

Prakiraan pertumbuhan konsumsi nikel didukung oleh pemulihan aktivitas manufaktur, didorong oleh pemulihan konsumsi stainless steel di China.

Sementara itu, Cina mencatat peningkatan produksi baja nirkarat sebesar 31,7% year-on-year menjadi 2,4 juta ton pada Oktober 2022.

Selain ekonomi China, salah satu sentimen yang bisa mempengaruhi harga nikel adalah resesi. Menurut penelitian Huang, harga nikel menyesuaikan setiap resesi.

Misalnya, pada masa resesi di Amerika Serikat (AS) pada tahun 1990, 2001, 2008 dan 2020, harga nikel mengalami penurunan dalam kisaran 7,4% hingga 67,4% dengan rata-rata penurunan sebesar 32,5%, dimana penurunan terbesar terjadi pada tahun 2008. resesi.

Sementara itu, dari sisi suplai, industri nikel Indonesia akan terus tumbuh ke depan, dengan target pemerintah mengoperasikan 30 smelter nikel pada 2024, naik dari 19 smelter pada 2020.

Mirae Asset Sekuritas memperkirakan bahwa harga nikel global akan berada di sekitar $24.500/t tahun ini dan $22.000/t pada tahun 2023.