Akankah 2023 Mengubah Saham Blue Chip? Lihat Rekomendasi Dan Prakiraan

Meski pertumbuhan akan agak melambat di tahun 2022, pasar saham nasional menyambut dengan optimisme di tahun 2023.

Perubahan industri diperkirakan untuk saham blue chip tahun ini. Saham blue chip adalah jenis saham di perusahaan dengan kondisi keuangan yang sangat baik yang telah menjalankan bisnis selama bertahun-tahun.

Sektor energi dan pertambangan menjadi unggulan pada 2022 setelah pemutusan pasokan energi ke Eropa membuat harga energi meroket, bahkan harga batu bara naik lebih dari 400 persen.

Alhasil, harga saham perusahaan energi pun naik sehingga menghasilkan keuntungan luar biasa.

Di Indonesia, saham-saham unggulan termasuk dalam indeks LQ45 dan indeks ternama lainnya seperti KOMPAS100.

Rotasi sektor di bursa pada 2023 akan terjadi setelah booming sektor komoditas dan energi pada 2022. Untuk tahun 2023, saham-saham blue chip dari sektor mana saja yang diproyeksikan memiliki prospek bagus?

Nicodemus Cristiantoro, Research and Advisory Manager Infovesta Utama, mengatakan kinerja kedua indeks tersebut selama setahun terakhir didorong oleh pergerakan saham komoditas energi dan pertambangan.

Selain itu, saham perbankan dan barang konsumsi juga memiliki kinerja yang baik.

Hal itu terlihat dari peringkat para pemenang LQ45 dan KOMPAS100. Dari 10 saham dengan keuntungan terbanyak di tahun 2022, setengahnya adalah saham energi dan pertambangan.

Emiten batubara PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menjadi pemenang di LQ45, naik 138,21%.

ITMG diikuti oleh PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang harga sahamnya naik 131,19%.

Di urutan ketiga di belakang emiten barang konsumsi PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dengan kenaikan harga 120,38% pada 2022.

Peringkat saham LQ45 Champion tahun 2022 selanjutnya akan diberikan oleh PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Bank Mandiri (Persero). ) sibuk. Tbk (BMRI), PT Mitra Keluarga Karyahealth Tbk (MIKA) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA).

Situasi serupa terjadi di KOMPAS100. Saham energi dan pertambangan mendominasi 10 besar pertumbuhan di tahun 2022. Bersama ITMG, MEDC, INDY dan ADRO juga ada PT AKR Corporindo Tbk (AKRA).

Bahkan, peringkat pertama ditempati oleh emiten minyak dan gas PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) dengan kenaikan harga 188,24%.

Katalisator global, seperti konflik Rusia-Ukraina, menjadi pendorong kenaikan harga komoditas tahun lalu.

“Sebagai berkah terselubung, kenaikan harga komoditas yang menyebabkan inflasi naik terbukti bermanfaat bagi saham-saham energi yang juga diuntungkan,” kata Niko, berbicara kepada Kontan.co.id pada Jumat (30/12/2022). ) dihubungi )

Selain energi dan pertambangan, pulihnya aktivitas publik menjadi pemicu kenaikan harga saham barang-barang konsumsi utama.

Di sisi lain, pemulihan ekonomi meningkatkan kinerja emiten perbankan yang didukung oleh pertumbuhan kredit yang kuat dan fundamental yang kuat.

“Bahkan sejumlah besar uang di saham bank membuat rekor tertinggi sepanjang masa sebelum akhirnya kembali ke profit taking,” tambah Niko.

Roger M.M., Kepala Informasi Investasi Mirae Asset Sekuritas, memiliki pandangan serupa. Pertumbuhan saham sektor energi dan perbankan mendukung pergerakan indeks LQ45 dan KOMPAS100.

Keuangan emiten energi meroket, bahkan dengan laba naik lebih dari 100%.

Hanya saja, Roger melihat adanya kemungkinan rotasi sektor pada 2023. Ada sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi rotasi sektor tahun ini.

Mulai dari tekanan harga komoditas, proyeksi kenaikan suku bunga, bayang-bayang pelemahan ekonomi, hingga tahun politik negara.

Menurut Roger, ada sejumlah sektor yang bisa menjadi juara bagi investor pada 2023. Pertama, sektor perbankan dapat melanjutkan perkembangan positifnya sejalan dengan pertumbuhan kredit.

Kedua, sektor barang konsumsi primer sejalan dengan kemungkinan penurunan harga komoditas dan peningkatan konsumsi.

Ketiga, investor juga cenderung lebih memperhatikan saham terkait EV, yang masih dalam tahap awal pengembangan.

“Kemungkinan rotasi sektor pada 2023 sangat mungkin terjadi. Termasuk tahun politik yang bisa mendongkrak konsumsi dalam negeri,” tambah Roger.

Sherrill Tanuvijaya, Kepala Riset Jasa Utama Capital Sekuritas, menambahkan perputaran sektor akan dilakukan seiring perubahan kondisi dan sentimen pasar.

“Dalam dua tahun terakhir, sektor energi secara konsisten menang, pada tahun 2023 sektor energi tidak lagi mengungguli,” kata Cheryl.

Rekomendasi untuk saham blue chip

Sementara itu, Niko menganalisis pasar diselimuti risiko ketidakpastian akibat inflasi dan kenaikan suku bunga.

Namun, situasi ini diperkirakan tidak akan terjadi hingga paruh pertama tahun 2023. Setelah itu, pada paruh kedua tahun 2023 ekspektasi risiko akan menurun.

Dengan latar belakang sentimen yang muncul, investor akan mencari saham emiten yang memiliki fundamental kuat, pertumbuhan stabil, dan likuiditas yang cukup.

Terlepas dari potensi rotasi sektor, Niko yakin saham LQ45 dan KOMPAS100 akan tetap menjadi saham unggulan.

Selain itu, kinerja kedua indeks tersebut pada tahun 2022 justru menunjukkan perbaikan meski dengan pergerakan yang terbatas.

Hingga penutupan perdagangan Jumat (30/12), LQ45 hanya naik 0,62%. Posisi ini lebih baik dibandingkan tahun 2021 dengan return negatif -0,37%.

Sementara itu, indeks KOMPAS100 tahun 2022 melemah sebesar 0,82%. Meski berwarna merah, indeks KOMPAS100 berhasil memangkas kerugian.

Sementara itu, hasil akhir tahun lalu masih lebih baik dibandingkan tahun 2021 yang turun sebesar 3,42%.

Cheryl sependapat bahwa LQ45 dan KOMPAS100 masih menarik sebagai pedoman investasi atau benchmark untuk tahun 2023.

Karena potensi rotasi sektor, Cheril memilih ekuitas di barang konsumsi primer dan non-komoditas serta sektor perbankan.

Untuk saham yang berpeluang naik ke LQ45 dan KOMPAS100, Cheril merekomendasikan AMRT, BMRI, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES).

Sementara itu, Roger menyarankan agar investor mencermati LQ45 dan KOMPAS100, serta mencermati tanda-tanda kinerja ekonomi dan perkembangan di tahun politik. Saham preferen tersebut adalah BMRI, BBNI dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

Sementara itu, pengamat pasar modal William Hartanto menilai sektor energi masih berpotensi untuk mendominasi pada 2023. Hanya saja, dengan lonjakan yang terjadi sejak tahun 2021, akan rentan terhadap profit taking.

Dari sisi perputaran sektor, William memperkirakan masih membutuhkan waktu untuk melihat arah pasar ke depan. Termasuk isu sentimen pasar jelang pemilu. “Ketika suatu sektor jenuh, akan ada sektor baru yang akan berjalan. Tapi rotasinya ke mana belum jelas,” ujarnya.

Tentu saja, William melihat ada sejumlah potensi cadangan yang bisa dikumpulkan. Termasuk BBNI, AKRA, MIKA, PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). Selain itu, investor masih dapat memiliki saham di MAPI, PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).

Sementara itu, Niko merekomendasikan beli di BMRI, ADRO, INDF, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).

Untuk saham blue chip ini, area support dan resistance berikut dapat diamati:

BBCA: resistensi Rs 8725, dukungan Rs 8500 BBRI: resistensi Rs 5000, dukungan Rs 4800 BMRI: resistensi Rs 10.125, dukungan Rs 9850 ADRO: resistensi Rs 3890, dukungan: Rs 3740 PGAS: resistensi Rs 1835, dukungan: Rs 1750 INDF: resistensi 7000 rupiah Indonesia, dukung 6675 rupiah Indonesia.

Ramalan hari ini

Pada penutupan perdagangan 2022 pada Jumat (30/12), IHSG melemah 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. Sampai hari ini, IHSG diperkirakan akan berfluktuasi di kisaran 6822-6891.

Chisti Maryani, pakar keuangan Ajaib Sekuritas, menjelaskan pendorong IHSG adalah penerimaan dividen BUMN dari negara.

Kantor PNBP Sumber Daya Alam dan Barang Milik Negara Terpisah melaporkan pelaksanaan Dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode yang berakhir Desember 2022 sebesar Rp 40,59 triliun. Jumlah ini melebihi target Rp 36,4 triliun.

“Sementara itu, Bank Indonesia memperkirakan inflasi sepanjang tahun 2022 cenderung berada di bawah 6% year-on-year,” ujar Christie, Senin (2/1).

Dari luar negeri, Goldman Sachs memprediksi pertumbuhan ekonomi global bisa melambat pada 2023, dengan pertumbuhan ekonomi global hanya 1,8% year on year. Prakiraan ini di bawah prakiraan pertumbuhan ekonomi global 2022 sebesar 2,9% year-on-year.

Sementara itu, China melaporkan produk domestik bruto (PDB) mencapai 120 triliun yuan pada 2022, pencapaian yang mempertahankan posisi China sebagai negara dengan PDB terbesar kedua di dunia.

Saham Ajaib Securities hari ini:

1. PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN)

Rekomendasi: Beli dengan harga Rp 1.055. Target harga: Rp 1.090. Stop loss: Rp 1.010.

Lilin bintang pagi dengan volume yang meningkat secara signifikan, tren naik stochastic, dan MACD bearish yang dibatasi.

Hasil Q3 2022 BFIN menunjukkan pertumbuhan laba bersih sebesar 63,3% YoY menjadi Rp 1,3 triliun. Ke depannya diprediksi akan semakin kuat dengan strategi bisnis berbasis teknologi (digitalisasi). Selain itu, BFIN memiliki ekosistem digital yang kuat bersama ARTO dan dapat memimpin bisnis keuangan digital untuk industri otomotif.

2. Jum Rukun Raharja Tbk (RAJA)

Rekomendasi: Beli dengan harga Rp 1.045. Target harga: Rp 1.080. Stop loss: Rp 1.015.

Terobosan level resistensi 1000 dengan konfirmasi volume kliring dan penyeberangan stochastic ke atas, histogram batang MACD berada dalam momentum positif.

RAJA telah memenangkan lelang langsung 2022 untuk wilayah kerja Jabung Tengah. RAJA juga berpartisipasi dalam pipa minyak Koridor Balam-Bangka-Dumai dengan kontribusi $75 juta dan aliran penuh yang akan dilaksanakan pada kuartal pertama tahun 2023. RAJA juga dapat menerima 25% dari total pendapatan, atau sekitar $7,5 juta.

3. PT J Resources Asia Pacific Tbk (PSAB)

Rekomendasi: Beli Rs 107 Harga Target: Rs 110 Stop Loss: Rs 105

Bergerak menyamping, menutup di atas rata-rata pergerakan 5 hari, volume meningkat, stochastic berfluktuasi di wilayah netral dengan histogram MACD bearish terbatas.

PSAB meningkatkan cadangan emasnya yang meningkat signifikan sebesar 613% dari 493.000 ounces emas di tahun 2011 menjadi 3.023.000 ounces emas di tahun 2022. Pada tahun 2023, PSAB berpotensi memberikan hasil yang konsisten didukung oleh sumber daya dan cadangan yang meningkat secara signifikan. Selain itu, permintaan emas sebagai aset safe-haven kemungkinan akan meningkat pada tahun 2023. (KASIR)

Sumber: tunai