Jika Hal Itu Terjadi, Gubernur BI Yakin Nilai Tukar Rupiah Akan Menguat Tahun Depan.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Varjiyo meyakini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat pada 2023.

Menurutnya, ada sejumlah faktor yang akan membuat rupiah kembali menguat.

Dilandasi oleh ketidakpastian global, pelonggaran percepatan The Fed dalam menaikkan suku bunga dan arus masuk modal asing yang masif ke dalam negeri.

“Menurut perkiraan kami, nilai tukar rupiah akan menguat ke depan. Rupiah kini melemah karena dolar menguat dan The Fed terus menaikkan suku bunga sepanjang kuartal I 2023,” ujar Perry dalam seminar nasional “Indonesia Economic Outlook 2023: Mempertahankan Ketahanan Melalui Transformasi Struktural” di Hotel Ritz Carlton Mega. Hotel Kuningan, Jakarta, Rabu (21 Desember 2022).

“Tapi ketidakpastian global akan berkurang. Saat ketidakpastian mereda, rupee akan bergerak mendekati fundamentalnya,” lanjutnya.

Diketahui, nilai tukar rupiah mulai melemah pada pertengahan tahun 2022 hingga akhirnya rupiah menembus Rp 15.000 per dolar AS.

Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah US Federal Reserve atau dikenal juga dengan The Fed yang menaikkan suku bunga dengan sangat agresif.

Pada penutupan perdagangan sore ini (21 Desember 2022), rupiah diperdagangkan di level Rp15.587 per dolar AS.

Sebelumnya pada Selasa (20/12/2022), rupiah diperdagangkan pada Rp 15.608 terhadap dolar AS. Jika diamati lebih dekat, nilai tukar Garuda naik 15 poin.

Sentimen kebijakan moneter The Fed sangat mempengaruhi nilai tukar dolar AS terhadap mata uang negara lain.

Jika dolar AS lepas kendali, itu juga akan mempengaruhi perdagangan internasional. Mulai dari pertukaran dan diakhiri dengan transaksi komoditi.

Seperti yang Anda ketahui, ekonomi dunia saat ini menggunakan dolar AS sebagai alat tukar resmi.

“Kami yakin rupee akan kembali ke fundamentalnya pada tahun depan seiring meredanya ketidakpastian global,” tutup Perry.