President-CEO (Direktur) PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), mengungkapkan apa yang menjadi penentu dan pendorong utama di balik laba bersih perseroan yang tumbuh 67,15 persen pada 2022 dan naik menjadi 51 persen. 4 Rupiah Indonesia. triliun
Berdasarkan data yang kami miliki, net interest margin (NIM) atau pendapatan bunga perusahaan bukanlah pendorong utama pendapatan bersih.
“Pendapatan bunga, khususnya tingkat net interest margin, bukanlah faktor utama yang mempengaruhi hasil usaha, terutama laba. Mengapa? Selain efisiensi, BRI tidak menemukan korelasi positif antara besaran net interest margin dengan pendapatan BRI berdasarkan data historis,” bunyi pernyataan tersebut. Konferensi pers, Rabu (02/08/2023).
Namun, menurutnya faktor utama yang mempengaruhi laba bersih BRI adalah pertumbuhan penyaluran kredit, serta peningkatan jumlah nasabah yang dilayani, khususnya nasabah mikro.
Menurut laporan, net interest margin perseroan tercatat sebesar 10,18% pada 2008 dan terus menurun hingga saat ini.
“Mari kita tunjukkan berdasarkan data historis, BRI bank itu hanya NIM saja, tentu kita tidak mempertimbangkan golongan, karena NIM hanya bank. Jadi data NIM bank BRI tahun 2008 hanya 10,18%, sedangkan keuntungan BRI hanya Rp 5,96 triliun,” kata Sunarso.
Saat itu, lanjutnya, perseroan mencatat jumlah nasabah pinjaman hanya sekitar 5 juta, dan jumlah pinjaman hanya Rp 161 triliun.
Selain itu, laba bank BRI akan meningkat pesat menjadi Rp 47,83 triliun pada tahun 2022 secara konsolidasi, meskipun net interest margin mengalami penurunan sebesar 33 persen dibandingkan tahun 2008.
“Apa sebenarnya yang menyebabkan peningkatan ini dalam kasus ini? Ternyata pertumbuhan laba BRI di tahun 2022 ini kemungkinan besar disebabkan oleh pertumbuhan jumlah nasabah mikro yang meningkat lebih dari tiga kali lipat menjadi lebih dari 15 juta nasabah mikro,” kata Sunarso.
Selain itu, volume pinjaman perseroan tumbuh lebih dari enam kali lipat dibanding 2008 menjadi Rp 1.029,8 triliun.
“Jadi jelas bahwa pendorong utama di balik kesuksesan BRI adalah peningkatan jumlah usaha mikro yang dapat dilayaninya, lebih dari tiga kali lipat dari tahun 2008, ketika hanya nasabah mikro BRI, Anda tahu, bukan kelompok. Dulu BRI saja punya 5 juta nasabah mikro, sekarang sudah lebih dari 15 juta, dan pinjamannya sendiri juga meningkat menjadi Rp 1029 triliun dari Rp 161 triliun,” pungkasnya.